Our Blog

(10A) Eksistensialisme Menurut Kierkegaard




Eksistensialisme
  • Aliran filsafat yang pokok utamanya adalah manusia dan cara beradanya yang khas di tengah makhluk lainnya.
  • Jiwa eksistensialisme: pandangan manusia sebagai eksistensi.
  • Etimologis: 
    • ex= keluar, sistentia (sistere)=berdiri. 
    • Manusia bereksistensi = manusia baru menemukan diri sebagai aku dengan keluar dari dirinya.
  • Pusat diriku terletak di luar diriku. Ia menemukan pribadinya dengan seolah2 keluar dari dirinya sendiri dan menyibukkan diri dengan apa yang diluar dirinya.
  • Hanya manusialah bereksistensi. Eksistensi tidak bisa disamakan dengan ‘berada’. Pohon, anjing berada, tapi tidak berseksistensi.
  • Eksistensialisme dari segi isi bukan satu kesatuan, tapi lebih merupakan gaya berfilsafat.
  • Beberapa tokoh filsafat yang menganut gaya eksistensialisme, a.l.: Kierkegaard, Edmund Husserl, Martin Heidegger, Gabriel Marcel, Jean Paul Sartre, dll.
  • Sulit menyeragamkan defenisi mengenai eksistensialisme, karena adanya perbedaan pandangan mengenai eksistensi itu sendiri.
  • Namun satu hal yang sama: filsafat harus bertitik tolak pada manusia konkrit, manusia sebagai eksistensi, maka bagi manusia eksistensi mendahului esensi.
Ciri-ciri Eksistensialisme
   Motif pokok adalah eksistensi, cara manusia berada. Hanya manusia bereksistensi.
  Bereksistensi harus diartikan scr dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan diri secara aktif, berbuat, menjadi, merencanakan.
Manusia dipandang terbuka, belum selesai. Manusia terikat pada dunia sekitarnya, khususnya pada sesamanya.
   Memberi penekanan pada pengalaman konkrit.

Tentang Kierkegaard
  Soren Aabye Kierkegaard lahir di Kopenhagen, Denmark 15 Mei 1813. Belajar teologi di Univ. Kopenhagen, tapi tidak selesai. Saat 3 saudara, ayah dan ibunya meninggal ia mengalami krisis.
  Sempat menjauh dari temannya dan agama.
   Pada 1849 kembali lagi ke agamanya (Kristen).
   Meninggal 1855 sebagai orang religius dan dipandang sebagai tokoh di gerejanya.
  Dia dikenal sebagai bapa eksistensialisme, aliran filsafat yang berkembang 50 tahun setelah kematiannya.
 
Pokok-pokok Ajaran Kierkegaard
     Kritik terhadap Hegel: Kierkegaard memandang Hegel sebagai pemikir besar, tapi satu hal yang dilupakan Hegel – menurut Kierkegaard – adalah eksistensi menusia individual dan konkret. Manusia tidak dapat dibicarakan ‘pada umumnya’ atau ‘menurut hakekatnya’, karena manusia pada umumnya tidak ada.
   Yang ada itu adalah manusia konkret yang semua penting, berbeda dan berdiri di hadapan Tuhan. Manusia itu eksistensi.
    Eksistensi berarti bagi Kierkegaard: merealisir diri, mengikat diri dengan bebas, dan mempraktekkan keyakinannya dan mengisi kebebasannya.
     Hanya manusia bereksistensi, karena dunia, binatang dan sesuatu lainnya hanya ‘ada’. Juga Tuhan ‘ada’. Tapi manusia harus bereksistensi, yakni menjadi (dalam waktu) seperti ia (akan) ada (secara abadi).
 
Ada tiga cara bereksistensi (sikap terhadap hidup), yaitu:
  1. Sikap estetis: Merengguh sebanyak mungkin kenikmatan, yang dikuasai oleh perasaan. Cara hidup yang amat bebas. Manusia harus memilih hidup terus dengan kenikmatan atau meloncat ke tingkat lebih tinggi lewat pilihan bebas.
  2. Sikap etis: Sikap menerima kaidah-kaidah moral, suara hati dan memberi arah pada hidupnya. Ciri khasnya menerima ikatan perkawinan. Manusia sudah mengakui kelemahannya, tapi belum melihat cara mengatasinya. Bila ia mengakui butuh pertolongan dari atas, maka ia loncat ke sikap hidup religius.
  3. Sikap religius: Berhadapan dengan Tuhan, manusia sendirian. karena manusia religius percaya pada Allah, maka Allah memperlihatkan diriNya pada manusia. Percaya model A ialah Allah hadir dimana-mana. Yang sukar adalah percaya model B: percaya bahwa Allah menerima wajah manusiawi dalam Yesus agar bisa berjumpa dengan Dia. Kita percaya model B, bila kita percaya bahwa kita yang lahir dalam waktu bisa menjadi abadi. Kita bisa menjadi spt yang kita percayai.
Manusia Menjadi Seperti yang Dipercayainya
    Pernyataan Parmenides hingga Hegel: ‘Berpikir sama dengan berada’ ditolak oleh Kierkegaard, karena menurutnya ‘percaya itu sama dengan menjadi’. Disini dan kini manusia percaya dan menentukan bagaimana dia akan ada scr abadi. Manusia memilih eksistensinya entah sebagai penonton yang pasif, atau sebagai pemain/individu yang menentukan sendiri eksistensinya dengan mengisi kebebasannya.

Waktu dan Keabadian
  Setiap orang adalah campuran dari ketakterhinggaan dan keterhinggaan. Manusia adalah gerak menuju Allah, tapi juga terpisah/terasing dari Allah.
   Manusia dapat menyatakan YA kepada Tuhan dalam iman, atau mengatakan TIDAK. Jika YA, ia akan menjadi yang ia ada. Manusia hidup dalam dalam dua dimensi sekaligus: keabadian dan waktu. Kedua dimensi itu bertemu dalam ‘saat’. Saat adalah titik dimana waktu dan keabadian bersatu. Kita menjadi eksistensi dalam saat, yaitu saat pilihan. Pilihan itu suatu ‘loncatan’ dari waktu ke keabadian.

Subyektivitas dan Eksistensi sebagai Tugas
    Eksistensi manusia bukan sekadar suatu fakta, tapi lebih dari itu. Eksistensi manusia adalah tugas, yang harus dijalani dengan kesejatian shg orang tidak tampil dengan semu. Bila eksistensi suatu tugas, ia harus dihayati sebagai suatu yang etis dn religius. Eksistensi sebagai tugas disertai oleh tanggungjawab. tidak spt berada dalam massa, eksistensi sejati memungkinkan individu memilih dan mengambil keputusan sendiri. untuk itulah Kierkegaard menganggap subyektivitas dan eksistensi sejati itu suatu tugas.

Publik dan Individu
     Pendapat umum kerap didukung oleh khalayak ramai yang anonim belaka. Publik bagi Kierkegaard hanya abisatraksi belaka, bukan realitas. Publik menjadi berbahaya bila itu dianggap nyata.
     Orang sering berusaha menggabungkan diri dalam kelompok dengan mengumpul tanda tangan. Ini bukti orang itu tidak berani tampil sendiri scr berarti. Mereka itu orang-orang lemah. Mengandalkan diri pada kekuatan numerik. Ini adalah kelemahan etis. Kierkegaard bukan menolak adanya kemungkinan bagi manusia untuk bergabung dengan yang lain. “Hanya setelah individu itu mencapai sikap etis barulah penggabungan bersama dapat disarankan. Kalau tidak, penggabungan individu yang lemah sama memuakkan seperti perkawinan antara anak-anak

Sumber: ppt KBK Filsafat pertemuan ke-10 oleh Raja Oloan Tumanggor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulisan-tulisanku Designed by Templateism | MyBloggerLab Copyright © 2014

Diberdayakan oleh Blogger.