Our Blog

(6A) Etika dan Moral

Pertemuan 6A
23 September 2014
 
ETIKA dan MORAL
Daftar Isi

1. PENGERTIAN ETIKA
2. TUJAN BELAJAR ETIKA
3.  SISTIMATIKA ETIKA
4. TUJUAN BELAJAR ETIKA
5. ALIRAN DALAM ETIKA
6. PERBEDAAN ETIKA DAN MORAL
7. PERBEDAAN ETIKA DAN ETIKET
8. PERBEDAAN ETIKA DAN HUKUM
9. PERBEDAAN ETIKA DAN AGAMA
10. PERSOALAN DALAM ETIKA

PENGERTIAN  ETIKA
·         Etika sebagai cabang filsafat juga disebut filsafat moral (moral philosophy).
·         etimologi
o   etika berasal dari kata Yunani=Ethos: watak.
o   moral berasal dari kata Latin: Mos (tunggal), moris (jamak) artinya kebiasaan.
o   Jadi etika atau moral dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kesusilaan.
·         Bertens;    Etika berasal  dari bahasa Yunani kuno ethos dalam bentuk tunggal, artinya adat  kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang  baik
o   Dari asal usul kata; Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan
Etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (Akhlak);
Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat
Etika menurut Bertens:
  1. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Disebut juga sebagai “sistem nilai” dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat. Misal: Etika orang Jawa.
  2. Kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini adalah kode etik, misal : Kode Etik Advokat Indonesia, Kode Etik Notaris Indonesia.
  3. Ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Artinya sama dengan filsafat moral.
ETIKA DIBEDAKAN MENJADI:
1.       ETIKA PERANGAI
Adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam hidup bermasyarakat di daerah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula. berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilaku. Contoh: berbusana adat, pergaulan muda-mudi, perkawinan semenda, upacara adat.
2.       ETIKA MORAL
Berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Apabila dilanggar timbul kejahatan, yaitu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral.Contoh: berkata dan berbuat jujur, menghargai hak orang lain, menghormati orang tua atau guru, membela kebenaran dan keadilan, menyantuni anak yatim-piatu
ARTI ETIKA
Etika sebagai ilmu
                “Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.”
Etika sebagai kode etik
                “Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.”
Etika sebagai sistem nilai
                “Nilai mengenai benar-salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.”
OBYEK MATERIAL & OBYEK FORMAL ETIKA
Objek material = suatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran, suatu hal yang diselidiki, atau suatu hal yang dipelajari. Objek material bisa bersifat konkret atau abstrak.
Objek formal = cara memandang atau meninjau yang dilakukan seorang peneliti/ ilmuwan terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya.
Objek material etika = tingkah laku atau perbuatan manusia (perbuatan yang dilakukan secara sadar dan bebas).
Objek formal etika = kebaikan dan keburukan, bermoral tidak bermoral dari tingkah laku tersebut. (Perbuatan yang dilakukan secara tidak sadar atau tidak bebas, tidak dapat dikenakan penilaian bermoral atau tidak bermoral).
ETIKA SEBAGAI CABANG FILSAFAT
Etika merupakan cabang filsafat yang mengenakan refleksi dan metode tugas manusia dalam upaya menggali nilai-nilai moral, atau menerjemahkan pelbagai nilai itu ke dalam norma-norma, lalu menerapkannya pada situasi kehidupan konkret.
Sebagai ilmu, etika mencari kebenaran; sebagai filsafat, etika mencari keterangan (dan kebenaran) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas, etika mencari ukuran tentang baik-buruknya tingkah laku manusia.
 Berdasar Kajian Ilmu:
1.       Etika Normatif: mempelajari secara kritis dan metodis norma-norma yang ada, untuk dapat norma dasar yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka sebagai ilmu, etika bersifat kritis dan metodis.
2.       Etika Fenomenologis: mempelajari secara kritis dan metodis gejala-gejala moral seperti suara hati kesadaran moral, kebebasan, tanggung jawab, norma-norma, dsb.
Domain ETIKA dalam Ranah Ilmu Pengetahuan
 TUJAN BELAJAR ETIKA
Untuk menyamakan persepsi tentang penilaian perbuatan baik dan perbuatan buruk bagi setiap manusia dalam ruang dan waktu tertentu
Sebagai ilmu, etika bersifat kritis dan metodis.
SISTEMATIKA ETIKA
De Vos (1987)
ETIKA: Etika Deskriptif
                                1. Sejarah Kesusilaan
                                2. Fenomenologi Kesusilaan
Etika Normatif
K. Bertens (1993):
ETIKA: Etika Deskriptif
Etika Normatif
                                1. Etika Umum
                                2. Etika Khusus
Metaetika
Franz Magnis-Suseno (1991)
ETIKA:   Etika Umum
Etika Khusus
                - Etika Individividual
                - Etika Sosial:             - Sikap terhadap sesama
                                                       - Etika keluarga
                                                       - Etika profesi:            -biomedis
                                                                                                 - bisnis
                                                                                                 - hukum
                                                                                                 - ilmu pengetahuan
                                                                                                 - dll
                                                       - Etika politik
                                                       - Etika lingkungan hidup
                                                       - Kritik ideologi-ideologi                                                        
ETIKA DESKRIPTIF
Dalam etika deskriptif, etika membahas apa yang dipandangnya.
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas. Misalnya: adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan.
Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu dan kebudayaan atau subkultur tertentu, atau dalam suatu periode sejarah.
SEJARAH KESUSILAAN
·         Bagian ini timbul bila orang menerapkan metode historis dalam etika deskriptif.
·         Yang diselidiki adalah: pendirian-pendirian mengenai baik-buruk yang manakah, norma-norma kesusilaan yang manakah yang pernah berlaku, dan cita-cita kesusilaan yang manakah yang dianut oleh bangsa-bangsa tertentu
FENOMENOLOGI KESUSILAAN
Fenomenologi = fenomenon + logos
Fenomenon =  sesuatu yang tampak, yang terlihat karena bercahaya (sering disebut gejala)
Logos = uraian, percakapan
Fenomenologi: Uraian atau percakapan tentang 
                         fenomenon atau sesuatu yang
                         sedang menampakkan diri, atau
                         sesuatu yang sedang menggejala.
Etika fenomenologi tidak memasang sendiri norma-norma, tidak pun menilainya, juga tidak “membuktikan” sifat mutlak kesadaran moral. Etika fenomenologi hanya menjelaskan, menunjukkan adanya unsur-unsur itu dalam kesadaran moral.
Fenomenologi kesusilaan mencari makna kesusilaan dari gejala-gejala kesusilaan; artinya, ilmu pengetahuan ini melukiskan kesusilaan sebagaimana adanya, mempertanyakan apakah yang merupakan hakikat kesusilaan.
Ciri pokok fenomenologi adalah menghindarkan pemberian tanggapan mengenai kebenaran.
ETIKA NORMATIF
·         tidak lagi berbicara tentang gejala-gejala, tetapi tentang apa yang seharusnya dilakukan. Dalam etika normatif, norma-norma dinilai dan sikap manusia ditentukan.
·         berbicara mengenai pelbagai norma yang menuntun tingkah laku manusia. Etika normatif memberikan penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma.
·         tidak deskriptif, tetapi preskriptif (artinya memerintahkan); tidak melukiskan melainkan menentukan benar-tidaknya tingkah laku atau anggapan-anggapan moral.
METAETIKA
Meta (Yunani) = “melebihi”, “melampaui”, 
                                 “setelah”, “di luar”, “tentang”.
(metabahasa = bahasa yang dipakai dalam berbicara tentang bahasa).
Istilah metabahasa diciptakan untuk menunjukkan bahwa yang dibahas bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan di bidang moralitas.
Metabahasa bergerak pada taraf lebih tinggi daripada perilaku etis, yaitu pada taraf “bahasa etis” atau bahasa yang digunakan di bidang moral.
Persoalan yang menyangkut metaetika adalah persoalan yang rumit. Pertanyaan tentang hakikat keadilan, hakikat ketidakadilan, bahkan hakikat kebaikan dan keburukan, kerap kali pertanyaan seperti ini tidak bisa dijawab secara memuaskan.
ETIKA UMUM
Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang beraku bagi segenap tindakan manusia.
Tema-tema yang menjadi penyelidikan etika umum:
                - Apakah norma etis itu? Jika ada banyak norma etis,
                  bagaimana hubungannya satu sama lain?
                - Mengapa norma moral mengikat kita? Apakah nilai
                   itu dan apakah kekhususan nilai moral?
                - Bagaimana hubungan tanggung jawab manusia dan
                   kebebasannya? Dapatkah dipastikan bahwa manusia
                   sungguh-sungguh bebas.
                - Apakah yang dimaksud dengan hak dan kewajiban?
                   Bagaimana kaitannya satu sama lain?
ETIKA KHUSUS
·         Etika khusus membahas prinsip-prinsip moral dasar itu dalam hubungan dengan kewajiban manusia dalam pelbagai lingkup kehidupannya; atau, etika khusus menerapkan prinsip-prinsip dasar pada setiap bidang kehidupan manusia.
·         Karena sifatnya “menerapkan”, etika khusus ini bisa juga dikatakan sebagai “etika terapan”.
Berdasar Struktur Etika
Penjabaran
·         ETIKA UMUM – berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.
·         ETIKA KHUSUS – merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus
dibagi lagi menjadi dua bagian :
Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
 Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku
manusia sebagai anggota umat manusia.
Profesi
          Pekerjaan yang mengandalkan ketrampilan dan keahlian khusus
          Pekerjaan yang dilakukan sebagai sumber utama nafkah hidup dengan keterlibatan pribadi yang mendalam dalam menekuninya.
          Pekerjaan yang menuntut pengembangan untuk terus menerus memperbaharui pengetahuan dan ketrampilan sesuai perkembangn teknologi.
Etika Profesi – Etika sosial yang menyangkut hubungan antar manusia dalam satu lingkup profesi dan masyarakat pengguna profesi tersebut.
Ciri-ciri Etika Profesi
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
          Adanya pengetahuan khusus,
Biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
          Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi.
                Hal ini biasanya setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
          Mengabdi pada kepentingan masyarakat,
artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
          Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi.
Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untukmenjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
          Menjadi anggota dari suatu profesi
Kode Etik – norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.
Tujuan Kode Etik
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.
ALIRAN DALAM ETIKA
          Eudemonisme: (Yunani= eu+daimon= roh atau semangat yang baik). Pandangan aliran ini menekankan bahwa kebaikan tertinggi manusia terletak pada kebahagiaan atau situasi yang secara umum baik. Mereka meyakini hal-hal berikut:
a.       adanya suatu skala nilai-nilai, asas-asas moral atau aturan2 bertindak (code of conduct)
b.      lebih menguntungkan hal-hal yang bersifat spiritual atau mental daripada yang bersifat inderawi/ kebendaan 
c.       lebih mengutamakan kebebasan moral daripada ketentuan kejiwaan atau alami.
d.      lebih mengutamakan hal yang umum daripada yang khusus.
·         Hedonisme (Yunani = hedone: kenikmatan atau yang menyenangkan). Kebaikan manusia menurut kaum hedonis terletak dalam kenikmatan dan kesenangan yang menjadi tujuan hidup manusia. Aliran ini menganjurkan manusia untuk mencapai kebahagiaan yang didasarkan pada kenikmatan, kesenangan. Aliran hedonisme menyatakan bahwa kesenangan/ kebahagiaan adalah tujuan hidup manusia oleh karena itu reguklah kenikmatan selama masih bisa direguk. Padahal mereka lupa bahwa kegembiraan pikiran lebih tinggi daripada kenikmatan jasmani.
·         Egoisme: kesenangan dan kebaikan diri sendiri menjadi target usaha seseorang dan bukan kebaikan orang lain. Sebaliknya aliran yang menekankan dan melihat kesenangan atau kebahagiaan orang lain menjadi tujuan segala usaha manusia disebut: altruisme (Latin: alter= yang lain atau orang lain)
·         Utilitarianisme:  (Latin: uti, usus sum= menggunakan atau utilis= yang berguna). Ini merupakan bentuk hedonisme yang digeneralisir. Kesenangan atau kenikmatan manusia dilihat sebagai seusuatu yang baik dalam dirinya, sedangkan penderitaan dan sakit adalah buruk dalam dirinya. Aliran ini menyatakan bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang sebesar-besarnya bagi manusia yang sebanyak-banyaknya. Dengan kata lain segala sesuatu yang berguna selalu dianggap baik.
·         Deontologisme (Yunani: deon+logos= ilmu tentang kewajiban moral). Adalah etika kewajiban yang didasarkan pada intuisi manusia tentang prinsip-prinsip moral. Sikap dan intensi pelaku lebih diutamakan daripada apa yang dilakukan secara konsekuensi perbuatan itu. Deontologisme Etis: berpendirian bahwa sesuatu tindakan dianggap baik tanpa disangkutkan dengan nilai kebaikan suatu hal. Yang menjadi dasar moralitas adalah kewajiban.
·         Etika situasi: kebenaran suatu tindakan ditemukan dalam situasi konkret individual atau bagaimana situasi itu mempengaruhi kesadaran individual.
BEDA ETIKA DAN MORAL
·         Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos,” artinya adat kebiasaan, (jamaknya “ta etha”)
·         Moral berasal dari bahasa Latin “mos,” artinya adat kebiasaan (jamaknya “mores”).
·         Jadi, keduanya memiliki kesamaan arti. Hanya asal bahasanya yang berbeda.
·         Ada sedikit perbedaan dalam penggunaannya sehari-hari: moral/moralitas digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai; etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.
AMORAL DAN IMORAL
Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta): Tidak terdapat kata “amoral” ataupun “immoral”.
Kamus Besar Bahasa Indonesia: “Amoral” dijelaskan sebagai “tidak bermoral, tidak berakhlak” (contoh: “Memeras para pensiunan adalah tindakan amoral”); tidak terdapat kata “immoral”.
Concise Oxford Dictionary:
Amoral = “unconcerned with, out of the  sphere of moral, non moral”.
Immoral = “opposed to morality; morally evil”
Perjemahan
Amoral:               “tidak berhubungan dengan konteks moral”
“di luar suasana etis”
“non-moral”
Immoral:             “bertentangan dengan moralitas yang baik”
“secara moral buruk”
“tidak etis”
BEDA ETIKA DAN ETIKET
·         Etiket menyangkut “cara” suatu perbuatan harus dilakukan. Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan; etika memberi norma tentang “perbuatan itu sendiri”.
·         Etiket hanya berlaku dalam pergaulan; etika tidak tergantung pada hadir tidaknya orang lain.
·         Etiket bersifat relatif; etika jauh lebih bersifat absolut.
·         Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja; etika menyangkut manusia dari segi dalam.
·         Perbedaan ETIKA DAN ETIKET menurut Bertens:
ETIKA
ETIKET
1. Menetapkan norma perbuatan,
    apakah boleh dilakukan atau
    tidak, misal: masuk rumah orang
    lain tanpa izin.
1. Menetapkan cara melakukan
    perbuatan, menunjukkan cara
    yang tepat, baik, dan benar
    sesuai dengan yang diharapkan
2. Berlaku tidak bergantung pada 
    ada tidaknya orang lain, misal
    larangan  mencuri selalu berlaku, 
    baik ada atau tidak orang lain.
2. Berlaku hanya dalam pergaulan,
    jika tidak ada orang lain etiket
    tidak berlaku.
3. Bersifat absolut, tidak dapat
    ditawar-tawar, misal: jangan
    mencuri, jangan membunuh
3. Bersifat relatif, dianggap tidak
    sopan dalam suatu kebudayaan
    dapat dianggap sopan dalam
    kebudayaan lain.
4. Memandang manusia dari segi
   dalam
4. Memandang manusia dari segi
    luar

BEDA ETIKA DAN HUKUM
·         Hukum lebih dikodifikasi daripada etika; etika tidak dikodifikasi.
·         Hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja; etika menyangkut juga sikap batin seseorang.
·         Sanksi yang berkaitan dengan hukum berlainan dengan sanksi yang berkaitan dengan etika (sanksi hukum bisa dipaksakan, etika tidak bisa dipaksakan).
·         Hukum didasarkan pada kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara; etika melebihi para individu dan masyarakat.
·         Jika hukum memberikan putusan hukumnya perbuatan, etika memberikan penilaian baik buruknya.
·         Etika ditujukan kepada manusia sebagai individu; hukum ditujukan kepada manusia sebagai makhluk sosial.
BEDA ETIKA DAN AGAMA
Etika sebagai cabang filsafat bertitik tolak pada akal pikiran, bukan agama. Etika mendasarkan diri hanya pada argumentasi rasional. Agama bertitik tolak dari wahyu Tuhan melalui Kitab Suci.
PERSOALAN-PERSOALAN DALAM PRAKTEK ETIKA:
  1. Apa yang dimaksud “baik” atau “buruk” secara moral.
  2. Apa syarat-syarat sesuatu perbuatan dikatakan baik secara moral?
  3. Bagaimana hubungan antara kebebasan kehendak dengan perbuatan susila.
  4. Apa yang dimaksud kesadaran moral?
  5. Bagaimana peranan hati nurani dalam setiap perbuatan manusia?
  6. Bagaimana pertimbangan moral berbeda dari dalam bergantung pada suatu pertimbangan yang bukan moral.
STUDI KASUS – ETIKA DALAM PRAKTEK
1.PRO LIFE VS PRO CHOICHE
2. ETIKA INDIVIDU
3. ETIKA SOSIAL
4. BIOETIKA
REFERENSI:
  1. Magnis Suseno (1987) Etika Dasar, masalah pokok filsafat moral, Yogyakarta: Kanisius
2.    Magnis Suseno (1997) Tokoh Etika Sejak Jaman Yunani s/d Abad ke 19, Yogyakarta: Kanisius.
  1. K. Berten(2007) Etika, Jakarta: Gramedia
4.        Purwa Hadiwardoyo(1990) Moral dan Masalahnya, Yogyakarta: Kanisisus
Sumber: ppt blok filsafat pada 23 September 2014 oleh Tim Dosen
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulisan-tulisanku Designed by Templateism | MyBloggerLab Copyright © 2014

Diberdayakan oleh Blogger.